Senin, 28 April 2014

Tips Fotografi: Motret malam hari tak membawa flash?

Fotografer KOMPAS pemenang dua kali penghargaan bergengsi  World Press Photo, almarhum Kartono Riyadi, adalah nama yang tak habis-habisnya sering dibicarakan orang soal kreativitasnya dalam fotografi. Saya pernah mendengar cerita tentang kreatifitasnya dari Arbain Rambey, fotografer senior KOMPAS yang lain. Arbain bilang almarhum Kartono Riyadi (KR) pernah meliput suatu peristiwa dan ia tak membawa lampu flash. Sialnya ia harus meliput di dalam ruangan yang pencahayannya minim. Di eranya KR yang belum ada kamera D3 atau D700 yang bisa memotret sampai iso 6400 dengan kualitas  gambar yang masih bagus. Jadi mau nggak mau lampu flash dibutuhkan untuk pencahayaan. Dakam kondisi seperti itu ide kreatifnya pun muncul.

Kebetulan banyak fotojurnalis lain yang juga meliput mambawa lampu flash. Ia berpikir untuk memanfaatkan nyala lampu flash fotojurnalis lain untuk pemotretan. Tapi bagaimana mengakali agar lampu flash teman-temannya tertangkap dengan kamera kita? Memotretnya harus barengan? Jelas mustahil, itu merepotkan teman-temannya karena harus dikomando agar kompak. Dengan terus menerus menekan tombol dengan harapan ada nyala flash yang bersamaan waktunya dengan tekanan tombol kita? Bisa saja, tapi tingkat kepastiannya rendah.

Satu-satunya cara adalah dengan menepatkan waktu bukaan rana kita dengan nyala lampu flash. Tapi bagaimana caranya agar bisa menyamakan waktu tekanan tombol kita dengan nyala flash fotojurnalis lainnya? KR tak kehilangan akal, maka di setnya seting kamera ke mode BULB. Dengan seting BULB maka lamanya bukaan rana ditentukan oleh jari yang menekan tombol. Ketika lampu flash fotojurnalis lain menyala dengan cepat jari diangkat dari tombol dan rana pun menutup. Otomatis cahaya lampu flash akan tertangkap dan bisa menghasilkan gambar seperti kita menggunakan lampu flash sendiri. Jenius!

Dan kemarin waktu saya ke pergi ke Bali dan di ajak untuk makan di sebuah restoran kreativitas dari KR saya praktekan. Maklum kondisi outdoor restoran remang-remang (kenapa sih harus remang?). Kali ini bukan dengan bantuan flash dari kamera DSLR tapi flash dari kamera yang terpasang di alat komunikasi Blackberry. Malah lebih mudah dari metode KR karena tidak harus menyeting mode kamera menjadi BULB. Cukup dengan seting iso ke 800 lalu menggunakan seting MANUAL dengan speed sekitar 1/15-1/30 dan bukaan f.2.8.

Metodenya adalah kita menggunakan lampu flash Blackberry sebagai FILL IN. Maksudnya untuk mengisi cahaya di bidang yang perlu diterangi. Dan ternyata berhasil! Dengan flash Blackberry terasa jauh lebih mudah. Karena nyala lampu flashnya tidak hanya sekali seperti lampu flash DSLR tapi agak lama (1-2 detik?) seperti lampu continous. Flash continous itu gunanya untuk mengukur pencahayaan obyek yang akan difoto. Nah, ketika flash Blacberry menyala “agak lama” dengan cepat saya menekan tombol kamera.  Hasilnya seperti foto pertama yang paling atas.

        
Sedang foto kedua saya menggunakan teknik BULBnya almarhum KR : saya memanfaatkan nyala lampu flash DSLR teman saya untuk pencahayaan dalam pemotretan. Kekurangan dari  teknik ini adalah ketika kita menyetingnya dengan BULB cahaya available yang ada di sana akan terekam semua. Maka konsekuensi guncangan kamera akan tinggi karena flash hanya mengisi ketika rana akan menutup. Maka foto yang dihasilkan pun agak goyang-goyang. Lebih baik dengan teknik BULB ini jika tidak ada cahaya availablenya alaias gelap total. Maka walaupun agak lama kita menekan tombol tak ada cahaya available yang terekam. Dan ketika flash menyala hanya cahaya itulah yang tertangkap kamera, otomatis probelm guncangan kamera bisa diselesaikan.

Silakan mencoba teknik pencahayaan dengan teknik solongan cahaya flash orang ini!
  
 

Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search